Rabu, 19 Oktober 2011

Analisis budidaya belut

Bisnis belut merupakan bisnis yang sangat menjanjikan saat ini. Permintaan belum terpenuhi baik lokal maupun untuk ekspor. Dari bibit ukuran sekilo isi 80-90 ekor untuk mencapai ukuran konsumsi 4-5 ekor per kilo hanya butuh waktu 4 bulan. Pakan belut bisa menggunakan limbah restoran atau rumah tangga seperti sisa makanan, ampas tahu, ampas kelapa atau cacing tanah.
Berikut ini analisa usaha budidaya belut :

A. Investasi
  • Sewa Lahan Rp. 1.000.000
  • Pembuatan Kolam 5mx5m Rp. 150.000
  • Terpal Rp. 210.000
  • Pipa PVC Rp. 35.000

Total Investasi : Rp. 1.395.000

B. Biaya Operasional
  • Benih 30 kg @Rp.35.000 Rp. 1.050.000
  • Tenaga Kerja Rp. 154.000
  • Media Rp. 175.000
  • Pakan cacing 270 kg Rp. 1.944.400 @ Rp. 7.200/kg
  • Penyusutan sewa lahan Rp. 34.000
  • Penyusutan Terpal Rp. 17.500
  •  Penyusutan pipa PVC Rp. 3.000


Total biaya operasional Rp. 3.377.900

C.Penerimaan
  • Panen 300 kg x Rp. 25.000 Rp. 7.500.000


D. Keuntungan
  • Rp. 7.500.000 - Rp 3.777.900 : Rp. 4.122.100


E. Pertimbangan Usaha

1. BEP (Break Even Point)
BEP untuk harga produksi
BEP = Rp. 3.377.900 : 300 kg= Rp 11.259,67

Dengan volume produksi 300 kg titik balik modal tercapai jika harga belut Rp. 11.259,67

BEP untuk volume produksi
BEP = Rp. 3.337.900 : Rp. 25.000/kg
= Rp. 135,116 kg
Dengan harga jual Rp. 25.000/kg, titik balik modal tercapai jika volume produksi 135,1 kg

2. B/C (Perbandingan Penerimaan dan Biaya)
B/C = Rp. 7.500.000 : Rp 3.377.900
= Rp. 2,22
Setiap penambahan biaya Rp. 1 akan diperoleh penerimaan Rp. 2,22

3. NPV (Net Present Value)
NVP = Rp. 7.500.000 x 1/(1+0,0083)4
= Rp. 7.473.000
Dengan asumsi bunga bank 10% per tahun, penerimaan diperoleh 4 bulan Rp. 7.473.000

Keterangan :
- Satu orang tenaga kerja bisa mengelola 13 kolam 5 m x 5m 
- Pipa PVC dan terpal disusutkan selama 4 tahun 
- Media dipakai 2 kali
- Harga Pokok Produksi (HPP) cacing Rp. 7.200/kg

sumber: denidi.com

Selasa, 18 Oktober 2011

Menekan Resiko Gagal Tanam & Gagal Panen Jagung dengan Tapin

 
Tanam jagung di sawah tadah hujan, biasanya dengan menanam langsung biji dan dilakukan di akhir musim hujan. Resiko yang umum dialami adalah saat tanam kelebihan air dan saat tanaman mulai berbunga kekurangan air. Kelebihan air saat tanam dapat menyebabkan biji mati, sedangkan kekurangan air saat berbunga dapat mengakibatkan gagal panen. Resiko tersebut dapat ditekan dengan menyemaikan benih lalu menanamnya (Tapin: tanam pindah). Dengan demikian, benih terhindari dari kelebihan air dan umur panen lebih cepat 14-22 hari sehingga diharapkan masih ada cukup air untuk pengisian buah.
Langkah penyiapan bibitnya sebagai berikut:
  1. Penyiapan lahan pesemaian dilakukan 10-15 hari menjelang panen tanaman utama
  2. Tanah pesemaian diberi campuran dengan perbandingan 10% pupuk kandang, 0,5% SP-36 dan 0,5% Urea, kemudian dicampur rata
  3. Lahan pesemaian disiram, lalu benih ditanam satu biji per lubang yang dibuat dengan jari telunjuk dan jarak 5-7,5  cm sedalam 2-3 cm, kemudian ditutup kembali dengan tanah
  4. Persemaian tetap dijaga kelembabannya dengan disiram sampai berumur 10-15 hari (siap tanam)
  5. Bibit yang sudah siap tanam tersebut dipindahkan dari pesemaian dengan diungkit menggunakan kayu tipis. Upayakan agar akar tidak rusak atau putus. Tanamlah satu bibit per lubang
  6. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan seragam sebaiknya kondisi tanah selalu dalam keadaan lembab dengan melakukan penyiraman terutama dalam minggu pertama setelah tanaman dipindahkan.
Untuk “mengejar” ketersediaan sisa air di sawah tadah hujan, cara tersebut dianjurkan untuk diterapkan pada musim tanam jagung berikutnya.
Selain mengurangi resiko gagal tanam dan panen, cara tersebut ternyata mampu meningkatkan produksi 300-1.400 kg/ha daripada cara tanam langsung dengan biji.
 

Jamu Tradisional Untuk Sapi

Jamu tradisional untuk sapi, mungkin sebagian orang akan merasa heran karena  umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis dengan khasiat tertentu termasuk penambah nafsu makan.  Sedangkan jamu untuk ternak sebagian masyarakat Lombok mengenalnya dengan sebutan Loloh.  Jamu ini terbuat dari berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan  yang biasa digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa.  Mungkin setiap wilayah memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya. 
 
 
 
Parapembuat jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi dan kemudian menjual kepada para peternak.  Jamu ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan ternak.  Sementara ini lebih banyak diberikan pada ternak sapi yang digemukkan.  Peternak menginginkan  sapi-sapi yang dipelihara bisa cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka bisa mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.
Pada  usaha penggemukan, sapi dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini  ditentukan oleh peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu.  Pertambahan berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu  genetis ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun kualitasnya).  Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan  sapi potong unggul seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus).  Jelas pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.
Agar ternak dapat hidup dan berproduksi maka perlu diberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya.  Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya diperhitungkan berdasarkan berat badannya  yaitu seberat 3% dari berat badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK).  Mengapa demikian? Karena hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Dengan pemberian jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan PBBH.  Jika ternak lekas gemuk, maka bisa lebih cepat dijual dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Di  Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan.  Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI).  Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1 tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur.  Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi yang diberikan jamu tradisional; 2) mengetahui efektifitas jamu tradisional terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan umur dan bangsa ternak potong.  Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak 10 butir/ekor. Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak secara berkala.  Juga dilakukan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi per hari.
Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009, didanai oleh program P4MI pada BPTP NTB.  Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang efek jamu tradisional (Loloh) pada penggemukan ternak sapi.  Selama ini jamu semacam itu hanya bisa diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu penggemukan.  Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi khususnya.  Sementara ini hasil pengamatan belum bisa dipublikasikan karena penelitian masih berjalan.   
Oleh : Sasongk WR dan Farida Sukmawati M, peneliti dan penyuluh pada BPTP NTB

pengolahan kacang tanah

Pengolahan kacang  Garing :
1. Kacang segar di cuci
    di sortasi : buang Polong-  Muda
                                       -  Polong Berlubang
                                       -  Polong Pecah
                                       -  Polong berkecambah
                                       -  polong hampa
2. Di rebus 15 menit + Garam 4-5 % , Tawas 0,2 %
3. Di Jemur / Oven sampai kering
4. Kacang siap di kemas

* selamat mencoba *

KONTROVERSI SEPUTAR PUPUK & PEMUPUKAN TANAMAN

Fungsi dan manfaat pupuk telah diketahui orang. Tak sedikit yang hapal fungsi masing-masing unsur hara penyusun pupuk. Nitrogen (N) bermanfaat untuk daun, phospor (P) untuk pembungaan, dan kalium (K) untuk buah. Banyak buku, majalah, dan brosur pertanian yang menjelaskan hal tersebut. Namun demikian jarang yang menjelaskan perihal mekanisme dan proses penyerapan pupuk oleh tanaman. Hal yang terakhir ini akhirnya menimbulkan beberapa kontroversi dalam hal pemupukan. Disisi lain, kontroversi seputar pemupukan justru dimanfaatkan oleh beberapa produsen pupuk untuk menambah nilai jual dan sebagai alat persaingan dagang. Berikut diskusi seputar kontroversi pupuk dan pemupukan, dengan batasan hanya untuk tanaman hias di pekarangan dan dalam pot. Dari diskusi ini diharapkan kita jangan mudah termakan mitos dan gugon tuhon di seputar pupuk, dan mau membayar lebih untuk sesuatu yang tidak perlu.
Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)
Kelebihan pupuk organik dibanding pupuk kimia mungkin telah banyak diungkapkan dalam banyak tulisan. Pupuk organik lebih mudah diserap tanaman, lebih ramah lingkungan, pupuk organik tidak membahayakan kesehatan, dan lain sebagainya. Mengapa dan benarkah demikian ?
Faktanya, tanaman tidak dapat membedakan dan tidak bisa memilih unsur hara yang diserap berasal dari pupuk organik atau pupuk kimia. Tanaman menyerap unsur hara (N, P, K, dan sebagainya) melalui mekanisme pertukaran ion, dan dalam bentuk ion-ion anorganik. Agar dapat diserap tanaman, pupuk organik harus melalui serangkaian proses perombakan oleh mikroba dalam tanah menjadi ion-ion anorganik/kimia. Jadi yang diserap tanaman pada akhirnya tetap saja berupa ion-ion anorganik / kimia.
Konsentrasi kandungan unsur hara pupuk organik jauh di bawah kandungan pupuk kimia. Sekian ton pupuk organik berbanding sekian puluh gram pupuk kimia, untuk ukuran kandungan hara yang sama. Kelebihan sifat pupuk organik ini (meski lebih tepat bila dikatakan kekurangan), diisukan sebagai ramah lingkungan. Pernyataan tersebut baru benar bila penggunaan pupuk kimia tidak sesuai dosis dan berlebihan. Sesuatu yang wajar kiranya, apapun yang berlebihan tentu tidak baik untuk hal apapun.
Lalu adakah kelebihan pupuk organik dibanding pupuk kimia ? Pupuk organik mempunyai keunggulan dalam hal memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, sesuatu yang tidak dapat dicapai pupuk kimia. Namun dengan catatan, hanya pada pupuk organik yang masih bersifat padat, berupa kompos atau pupuk kandang asli. Pupuk organik dalam bentuk cair, ekstrak, pupuk daun, dan pelet, tidak akan mempunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah. Tapi bagaimana dengan tanaman dalam pot ? Di tengah trend pemakaian media yang bersifat soilless, tentunya kelebihan sifat tersebut di atas menjadi tidak berarti lagi. Mengapa dipilih soilless media ? Mungkin akan kita diskusikan lain kali.
Kapan sebaiknya menggunakan pupuk organik atau pupuk kimia ? Sepanjang kita bermaksud memberi nutrisi ke tanaman, pakailah pupuk kimia. Mengapa demikian ? Disamping jauh lebih murah, lebih cepat diserap tanaman, juga lebih terkontrol. Di belahan dunia manapun, yang namanya pupuk urea pasti akan sama, mengandung nitogen (dalam bentuk amonium) sebesar 46 %. Sementara untuk pupuk organik, tergantung bahannya dari apa, jenis ternak dan apa yang dimakan ternak penghasil pupuk kandang, dan lain-lain. Lebih sulit diprediksi. Namun bila tujuan utama adalah memperbaiki struktur tanah, pakailah kompos, atau pupuk kandang asli. Jangan terpengaruh dengan iklan pupuk organik dalam bentuk cair, pupuk daun, atau pupuk kandang pelet. Pupuk-pupuk ini setali tiga uang dengan pupuk kimia, namun jauh lebih mahal. Lebih banyak isunya.
Bila di pasar dijumpai pupuk organik dengan kandungan unsur N,P, dan K masing-masing lebih dari 4 %, yakinlah bahwa pupuk tersebut telah diperkaya dengan pupuk kimia.
Pupuk Daun dan Pupuk Akar
Benarkah pupuk daun lebih efektif dan efisien dibanding pupuk akar ? Benarkah penyerapan pupuk melalui daun 10 kali lebih efektip dan efisien dibanding melaui akar ? Benarkah pemberian pupuk melalui daun berarti memberikan hara langsung ke dapur tanaman ? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas digunakan sebagai salah satu alat dagang dan alat penambah nilai jual pupuk daun. Kenyataanya, belum ada penelitian yang independen dan valid yang dapat menjawab seputar pertanyaan tersebut di atas.
Fakta selama ini yang dapat diterima, selain unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, unsur hara seperti N, P, K dan lainnya diperoleh dan diserap tanaman dari dalam tanah melalui akar. Dari sononya akar secara khusus memang dirancang untuk menyerap unsur hara, melalui pertukaran ion.
Bagaimana dengan daun ? Pada awal pemunculan pupuk daun, dikatakan penyerapan unsur hara dilakukan melalui stomata daun. Tapi hal ini kemudian diralat, karena ternyata stomata hanya bisa dilalui gas. Kemudian berkembang isu lain, penyerapan dilakukan melalui permukaan daun (sel epidermis dan kultikula), yang bentuknya seperti tenunan. Faktanya, kebanyakan permukaan daun tanaman diselimuti oleh lapisan minyak, lilin, dan bahkan ditumbuhi bulu-bulu halus. Keadaan yang tentunya akan menjadi faktor penghambat masuknya unsur hara melalui daun.
Memang daun, atau bahkan batang tanaman dapat menyerap unsur hara, namun demikian akar tetap saja lebih efektip dan efisien dalam menyerap unsur hara. Dalam beberapa kasus, memang unsur hara seperti K, dan Ca gampang masuk ke jaringan tanaman malalui daun dan bahkan batang tanaman. Tapi bukan berarti semua unsur hara lebih gampang diserap tanaman melalui bagian tanaman di luar akar.
Kapan pupuk daun dapat digunakan ? Bila penggunaan pupuk akar sulit diaplikasikan, misal pada tanaman epifit, seperti kebanyakan tanaman anggrek. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa pupuk daun sangat populer dan banyak digunakan di kalangan pecinta anggrek. Tanaman yang baru saja mengalami pruning akar, pemindahan pot, atau kondisi-kondisi dimana untuk sementara waktu akar sulit berlaku sebagaimana mestinya, pupuk daun akan sangat membantu dan bermanfaat.
Fakta lain, pertanian hidroponik lebih dipilih orang tentunya bukan hanya karena alasan menghemat tempat, tapi juga keyakinan pemberian nutrisi tanaman yang lebih terkontrol, efektip, dan efisien melalui akar. Atau mungkin ada ide sistem tanam dalam pot kecil-kecil tetapi hanya diberikan pupuk melalui daun. Dijamin kerugian yang akan dituai.
Pupuk Slow Release
Jenis pupuk ini juga merupakan ide dagang yang cemerlang dari produsen pupuk. Dikatakan pupuk slow release merupakan pupuk kimia yang sifatnya mirip dengan pupuk organik. Diserap tanaman sesuai dengan kebutuhan, hingga tidak mencemari lingkungan. Hebat. Sekali lagi hebat. Benarkah demikian ?
Faktanya, tanaman tidak bisa merasakan kenyang kemudian berhenti makan. Sepanjang banyak tersedia unsur hara, sepanjang itu pula tanaman akan menyerap sebanyak yang tersedia. Fakta ini kemudian melahirkan istilah luxury consumption. Sepanjang tidak mengganggu kestabilan kimia larutan tanah, tanaman akan menyerap unsur hara yang disediakan tanah. Hasilnya dijadikan cadangan makanan dan untuk memperbanyak diri.
Pupuk slow release dibuat dari pupuk kimia yang dibalut dengan lapisan tertentu yang bersifat permeable. Adanya lapisan tersebut membuat kandungan kimia dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai berjalannya waktu. Kalau memang benar pelepasan unsur kimia tersebut sesuai kebutuhan tanaman, tentu dalam label kemasan tidak dicantumkan angka jangka waktu penggunaan 3 bulan atau 6 bulan. Angka-angka tersebut sebenarnya merupakan waktu luruh pupuk. Angka yang menggambarkan jangka waktu pelepasan kandungan pupuk hingga habis kandungan pupuknya.
Kapan kita perlu menggunakan pupuk slow release ? Jika kita termasuk pecinta tanaman yang malas. Malas menyiram, dan malas bereksperimen. Bukankah salah satu kenikmatan bercocok tanam adalah manakala kita menyirami tanaman kesayangan kita. Atau mungkin kita termasuk orang yang lebih cocok bertanam tanaman plastik.


Budidaya Pisang

I. PENDAHULUAN

        Pisang adalah tanaman buah , sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Di Indonesia pisang yang ditanam baik dalam skala rumah tangga ataupun kebun pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga, produksi pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di pasar internasional. Untuk itu PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu petani meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3).
II. SYARAT TUMBUH

2.1. Iklim
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.
c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.
2.2. Media Tanam
a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
2.3.Ketinggian Tempat
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan
- Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan).
- Tinggi anakan untuk bibit 1 - 1,5 m, lebar potongan umbi 15 - 20 cm.
- Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
- Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.
3.2. Penyiapan Bibit
- Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2x2 m
- Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.
3.3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
- Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
- Simpan bibit di tempat teduh 1 - 2 hari sebelum tanam.
- Buang daun yang lebar.
- Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 -1 tutup), Natural GLIO (1 - 2 sendok makan) dalam setiap 10 liter air, selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
- Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
3.4. Pengolahan Media Tanam
- Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak.
- Gemburkan tanah yang masih padat
- Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat juga saluran pengeluaran air.
- Dianjurkan menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan.
3.5. Teknik Penanaman
- Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.
- Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
- Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September - Oktober).
- Siapkan campuran Natural GLIO dan pupuk kandang, caranya: Campur 100 gram Natural GLIO dengan 25 - 50 kg pupuk kandang, jaga kelembaban dengan memercikan air secukupnya, masukkan ke dalam karung, biarkan 1 - 2 minggu.
- Pisahkan tanah galian bagian atas dan bagian bawah.
- Tanah galian bagian atas dicampur Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang (0,5 - 1 kg per lubang tanam), tambahkan dolomit (0,5 - 1 kg/lubang tanam), pupuk kandang 15 - 20 kg/lubang tanam.
- Masukkan bibit dengan posisi tegak, tutup terlebih dulu dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur Natural GLIO, dolomit dan pupuk kandang, diikuti tanah galian bagian bawah. Catatan : pupuk kandang diberikan jika tersedia, jika tidak dapat diganti dengan SUPERNASA.
- Siram dengan larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 tutup) dalam setiap 5 liter air. Untuk mendapatkan hasil lebih baik, POC NASA dapat diganti dengan POP SUPERNASA. Cara penggunaan POP SUPERNASA: 1 (satu) botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 5 liter air diberi 5 tutup larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. -Penyiraman dilakukan 2 - 3 bulan sekali.
Data kebutuhan dan cara pemupukan, adalah sebagai berikut :
PUPUK
JUMLAH
KETERANGAN
UREA
207 (kg/ha)
Berikan 2x setahun, dalam larikan yang mengitari rumpun lalu ditutup tanah
SP-36
138 (kg/ha)
6 bulan setelah tanam ( 2x dalam satu tahun )
KCl
608 (kg/ha)
6 bulan setelah tanam ( 2x dalam satu tahun )
Pupuk Kandang
0,8-10 (kg/ha)
Pupuk dasar, campur dengan tanah galian bagian atas
Dolomit
200 (kg/ha)
Pupuk dasar, campur dengan tanah galian bagian atas
POC NASA
20 (botol/ha)
Disiramkan 3 bulan sekali
SUPERNASA
10 (botol/ha)
4 bulan sekali
HORMONIK
10 (botol/ha)
Dicampur POC NASA disiram 3 bulan sekali

3.6. Pemeliharaan Tanaman
- Satu rumpun hanya 3 - 4 batang.
- Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan).
- Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman baru.
- Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah.
- Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu dalam.
- Pangkas daun kering.
- Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi parit saluran air.
- Pasang mulsa berupa daun kering ataupun basah. Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

3.7. Pemeliharaan Buah
- Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir.
- Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal 0,5 mm, diberi lubang diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah.
- Batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.8. Hama dan Penyakit
3.8.1. Hama
a. Ulat daun (Erienota thrax.)
Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan PESTONA.
c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)
Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang tahan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Menyerang bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
3.8.2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab : Xanthomonas celebensis (bakteri). Menyerang jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, dan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
b. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Menyerang daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
c. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Menyerang daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
d. Layu
Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang sakit, Natural GLIO diawal tanaman
e. Daun pucuk
Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: Mengendalikan kutu duan dengan Natural BVR, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3.9. Panen
- Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah 80 - 100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
- Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan.
- Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
- Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
- Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3 - 10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.

sumber: epetani.deptan.go.id

Teknologi Budidaya Bawang Merah Dari Biji

Sampai saat ini petani bawang di Bali masih menggunakan umbi bibit untuk bahan tanaman. Bibit yang berasal dari umbi produktivitasnya relatif tidak berubah. Peningkatan produksi hanya dapat dilakukan melaui perbaikan kultur teknis, dan suatu ketika akan dapat mengalami penurunan. Disamping itu, penggunaan umbi bibit dapat menyebabkan biaya produksi tinggi terutama biaya untuk pengadaan benih, sehingga dapat mengurangi minat petani untuk mengusahakannya.
Terkait dengan hal tersebut diatas, saat ini telah ada varietas baru bawang merah (TUK-TUK) dengan produktivitas tinggi dan dapat ditanam melalui biji serta harga benihnyapun terjangkau.
 
I.          KEBIJAKAN / STRATEGI
Strategi yang ditempuh adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian melalui antara lain : pemilihan jenis komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi dan sesuai dengan agroklimats setempat, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk (anorganik dan organik) dan penggunaan pestisida (anorganik dan organik).

II.        POTENSI DAN MASALAH

Potensi
Sentra penghasil bawang merah di Bali tersebar di Kabupaten Bangli, Karangasem, Buleleng, Klungkung dan sedikit di Jembrana. Rata-rata luas pertanaman bawang merah dalam 5 tahun terakhir (2005 – 2009) adalah 1165,6 hektar dengan rata-rata produktivitas 94,95 kw/hektar dan rata-rata produksi baru mencapai 11024,6 ton.
Produktivitas bawang merah di Bali masih mungkin untuk ditingkatkan dengan penerapan panca usahatani, karena salah satu sentra produksi bawang merah telah mampu mencapai produksi lebih dari 10 ton/hektar protolan basah dan untuk varietas TUK-TUK mampu berproduksi 30 ton/hektar protolan basah.
Masalah
Petani banyak yang berminat menanam bawang merah, namun karena biaya produksi terutama biaya untuk penyediaan bahan tanaman berupa bibit dari umbi sangat tinggi sehingga petani sering terkendala dengan permodalan yang dimiliki. Sebagai perbandingan bahwa kebutuhan bibit dari umbi untuk keperluan penanaman 1 Ha sebanyak 1.000 kg dengan nilai Rp 15.000.000,-, sedangkan penggunaan benih dari biji cukup memerlukan 4 kg biji dengan nilai Rp 4.000.000,- untuk keperluan 1 Ha.

III.       CARA BUDIDAYA
a.    Pesemaian
·         Buat bedengan dengan lebar 1 m, tinggi 40-50 cm, dan panjang menyesuaikan, jarak antar bedengan 50 cm.
·         Campur tanah bedengan dengan pupuk kandang 2 kg/m2 dan kapur pertanian 150 gr/m2, SP 18 100 gr/m2, dan KCl 50 gr/m2.
·         Taburi bedengan dengan sekam padi setebal 10 cm lalu dibakar dan selanjutnya dibiarkan selama 1 hari.
·         Ratakan bedengan, beri pupuk yang telah dipersiapkan kemudian aduk secara merata dengan tanah permukaan bedengan.
·         Buat alur melintang dengan jarak 5-10 cm dan kedalaman 1 cm.
·         Taburkan biji bawang merah ke dalam alur sebanyak 150-200 biji/alur, kemudian tutup alur dengan tanah halus.
·         Kecambah akan muncul 5-10 hari setelah semai.
         Bila musim hujan sebaiknya bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama 3-4 minggu.

b.    Pengolahan Tanah
·         Lakukan pengolahan tanah 2-4 minggu sebelum penanaman dengan kedalaman olah 25 cm.
·         Buat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 40-50 cm, dan panjang menyesuaikan dengan keadaan lapangan.
·         Berikan pupuk dasar berupa pupuk ZA sebanyak 952 kg/Ha, SP 18 sebanyak 1.000 kg/Ha, pupuk KCl sebanyak 383 kg/Ha, 3 hari sebelum tanam sebanyak ½ dosis.
·         Pupuk disebar merata diatas permukaan bedengan dan dicampur secara merata dengan tanah permukaan bedengan.
·         Pasang mulsa plastik hitam perak dengan warna hitam menghadap permukaan bedengan.
·         Lubangi mulsa plastik dengan jarak 10 cm x 10 cm dengan menggunakan kaleng susu yang didalamnya diberi bara api.
c.    Penanaman
·         Lakukan penyiraman pada bedengan/lubang tanam terlebih dahulu untuk memberikan kelambaban tanah.
·         Tanam bibit yang telah berumur 40-50 hari, 1 lubang 1 bibit. Tekan tanah disekitar pangkal tanaman dengan lembut supaya akarnya menyatu dengan tanah.
d.    Pemeliharaan
·         Pada awal pertumbuhan sampai umur 3 minggu penyiraman rutin pagi dan sore hari, terutama sehabis hujan.
·         Lakukan pemupukan susulan ¼ dosis masing-masing pada umur 30 hari dan 55 hari sejak tanam.
·         Pengendalian hama penyakit
-      Bercak ungu (Alternaria porii) dengan gejala serangan bercak kecil, cekung, warna putih hingga kelabu. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan air bersih sehabis hujan, atau menggunakan fungisida yang berbahan aktif tembaga hidroksida.
-      Bercak daun Cercosphora, dengan gejala bercak klorosis bulat warna kuning. Dikendalikan dengan fungisida yang sesuai.
-      Ulat dengan gejala serangan daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat. Dapat dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif klorfirifos.

e.    Panen dan Pasca Panen
·         Panen dilakukan saat tanaman berumur 65-75 hari setelah tanam, ditandai dengan daun sudah mulai rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Cara memanen adalah dengan mencabut tanaman dan menjemurnya dibawah terik matahari langsung atau diletakkan diatas para-para.
·         Untuk dapat bertahan 1-2 tahun bila penanganan pasca panennya baik. Salah satu cara penyimpanan yang baik adalah dengan menyimpan diatas para-para.

Sumber : http://distanprovinsibali.com/index.php?menu=beritalengkap&id=13

Sabtu, 15 Oktober 2011

Menanam Bayam

Kita sudah mengenal banyak sayuran dalam hidup. Sayur bayam, sop, dan lodeh, hanya sebagian nama menu yang menggunakan sayuran sebagai bahan dasarnya. Bayam, salah satunya, termasuk jenis sayuran yang menyehatkan dan mengandung banyak gizi. Bukan hanya enak disayur, banyak orang mengolah bayam sebagai bahan bisnis mereka. Mengingat pentingnya sayuran bagi tubuh, tidak ada salahnya kita mengetahui cara penanaman sayuran.


Bayam 
Bayam mengandung zat makanan penting, yaitu vitamin A dan zat besi. Ada beberapa jenis bayam, yaitu bayam duri, bayam bandeng, bayam sekul, dan bayam liar. Tumbuhan dengan batang basah ini dapat tumbuh di mana-mana. Di sawah atau tegalan. Bahkan, halaman belakang rumah. Bayam dapat pula ditanam di musim kemarau ataupun hujan.
Bibit bayam berupa biji yang lembut sekali. Menanam sayur bayam ternyata tidak begitu sulit. Bayam cabutan ditanam untuk diambil sekaligus. Jika akan menanam lebih dari satu bedeng, sebaiknya penyebaran dilakukan dengan jarak tertentu, misalnya 7 sampai 10 hari. Dengan demikian, pemungutannya pun berurutan sesuai umur tanamannya.
Berikut ini gambaran sekilas mengenai penanaman bayam.
Pengolahan Tanah
Tanah dicangkul dalamnya 20-30cm. Kemudian, buat bandengan dengan lebar 100-150cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Di antara bandengan dibuat parit air 30cm. Lahan untuk menanam bayam sebaiknya tanah yang banyak mengandung air, subur, dan gembur. Oleh karena itu, penanaman bayam disarankan pada awal musim hujan.
Menyebar Benih
  • Kebutuhan biji bakal benih bayam untuk bayam yang tepat jaraknya kurang lebih 100 gram per 100 meter persegi. Bisa disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam agar populasi bayam per hektar bisa menghasilkan 30.000-60.000.
  • Sebelum benih ditaburkan, dicampur dengan abu atau pasir.
  • Bandengan yang sudah disebar benih ditutup dengan pupuk kandang (3kg/m2). Kemudian, ditutup dengan jerami tipis-tipis. Jika benih sudah mulai tumbuh, jerami dibuang.
Memelihara Tanaman
  • Dalam musim kemarau, disiram air.
  • Rumput yang tumbuh dibersihkan.
  • Pemupukan pertama dilakukan 10-20 hari sesudah benih disebarkan sebanyak 25 gram urea per 10 meter persegi. Cara memupuk urea disebar rata atau dilarutkan dalam air dan disiram.
  • Pemupukan kedua dilakukan 20 hari setelah benih disebar sebanyak 25 gram urea per 10 meter persegi.
Cara Memupuk
  • Urea disebar rata, lalu dilarutkan dalam air dan disiram.
  • Seminggu setelah semai, disemprot racun hama.
Dalam waktu satu bulan, bayam sudah dapat dipetik. Tinggi bayam sekitar 15-20cm. Waktu yang paling tepat untuk panen adalah pagi atau sore hari karena suhu udara tidak terlalu panas. Jika bayam sudah siap panen, cepatlah dipetik. Jika didiamkan terlalu lama, akan menjadikan bayam alot dan kurang enak.
 sumber: Anneahire