Selasa, 18 Oktober 2011

Menekan Resiko Gagal Tanam & Gagal Panen Jagung dengan Tapin

 
Tanam jagung di sawah tadah hujan, biasanya dengan menanam langsung biji dan dilakukan di akhir musim hujan. Resiko yang umum dialami adalah saat tanam kelebihan air dan saat tanaman mulai berbunga kekurangan air. Kelebihan air saat tanam dapat menyebabkan biji mati, sedangkan kekurangan air saat berbunga dapat mengakibatkan gagal panen. Resiko tersebut dapat ditekan dengan menyemaikan benih lalu menanamnya (Tapin: tanam pindah). Dengan demikian, benih terhindari dari kelebihan air dan umur panen lebih cepat 14-22 hari sehingga diharapkan masih ada cukup air untuk pengisian buah.
Langkah penyiapan bibitnya sebagai berikut:
  1. Penyiapan lahan pesemaian dilakukan 10-15 hari menjelang panen tanaman utama
  2. Tanah pesemaian diberi campuran dengan perbandingan 10% pupuk kandang, 0,5% SP-36 dan 0,5% Urea, kemudian dicampur rata
  3. Lahan pesemaian disiram, lalu benih ditanam satu biji per lubang yang dibuat dengan jari telunjuk dan jarak 5-7,5  cm sedalam 2-3 cm, kemudian ditutup kembali dengan tanah
  4. Persemaian tetap dijaga kelembabannya dengan disiram sampai berumur 10-15 hari (siap tanam)
  5. Bibit yang sudah siap tanam tersebut dipindahkan dari pesemaian dengan diungkit menggunakan kayu tipis. Upayakan agar akar tidak rusak atau putus. Tanamlah satu bibit per lubang
  6. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan seragam sebaiknya kondisi tanah selalu dalam keadaan lembab dengan melakukan penyiraman terutama dalam minggu pertama setelah tanaman dipindahkan.
Untuk “mengejar” ketersediaan sisa air di sawah tadah hujan, cara tersebut dianjurkan untuk diterapkan pada musim tanam jagung berikutnya.
Selain mengurangi resiko gagal tanam dan panen, cara tersebut ternyata mampu meningkatkan produksi 300-1.400 kg/ha daripada cara tanam langsung dengan biji.
 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar